Rincian Aduan : LGWP79645385

Selesai Public

KOTA SEMARANG, 28 Mar 2020

"Suara Jeritan Hati Rakyat Jelata" Yth. GUBERNUR JAWA TENGAH Bp. Ganjar Pranowo beserta jajarannya. Kami di suruh diam di rumah (Stay At Home), kami ikuti sebagai bagian dari ikhtiar bersama untuk membatasi ataupun memutus mata rantai penyebaran virus CORONA /Covid-19 yang mewabah saat ini. Kami dianjurkan untuk bekerja di rumah saja (Work From Home). Anak anak kaminpun di liburkan sekolahnya dan digantikan dengan metode pembelajaran jarak jauh (online). Itu juga sudah kami ikuti karena kepatuhan kami sebagai warga negara atas himbauan pemimpin kami. Tapi pernahkan Bapak-bapak pikirkan tentang kondisi kami, terutamanya saudara kami para warga Bapak yang penghasilannya harian...?? Yang kalau di Istilahkan, " DIKAIS PAGI DIMAKAN PETANG "..? Para tukang ojol, transportasi online, penarik becak, buruh bangunan, pengamen, para kru, pemusik/seniman, pedagang asongan, penjual gorengan, pedagang es, abang tukang bakso, pedagang keliling dan masih banyak para pekerja dan jasa yg pendapatannya diperoleh dengan bekerja keluar rumah tiap hari. Mohon bapak² bahwa pekerja harian justru lebih banyak di Jawa tengah ini. Mungkin bagi Bapak-bapak yg di Instansi pemerintah maupun pegawai kantor yang mendapatkan fasilitas dan gaji dari negara tidak akan menjadi masalah, yang kebutuhan dapur, sumur dan kasurnya di tanggung negara. Dalam kondisi Stay at Home pun bisa memborong kebutuhan sembako untuk stok 1 bulan ke depan. Lalu bagaimana dengan nasib seorang pekerja harian seperti kami....?? Bagaimana dengan pedagang yg berjualannya di masjid atau di perkantoran atau di sekolahan? Bagaimana dengan pedagang asongan di tempat2 wisata dan bus-bus kota? Bagaimana dengan pekerja tidak tetap dan buruh serabutan.. yang terkadang untuk beli sayur saja terkadang ngutang dulu pada Mbak Sayur yang juga kami tahu terkadang modalnya dari rentenir keliling. Juga dengan anak anak kami yang Bapak suruh belajar dengan metode jarak jauh atau via online yang butuh alat komunikasi hp smart ataupun laptop untuk menunjang semua itu. Jikapun punya gadget, apakah tidak butuh beli paket data untuk menunjang kegiatan belajarnya? Pemprov dlm hal ini juga tutup mata tidak memberi subsidi, padahal ini jelas termasuk dalam kegiatan belajar mengajar. Bagaimana dengan saudara kami yang lain yang anaknya mungkin saja 3, 4 atau 5 yang bersekolah yang harus mempunyai hp ataupun laptop untuk menunjang proses pembelajaran tersebut. Yang hanya punya hp jadul yang terkadang pulsanya menunggu masa tenggang baru di beli. Mungkin bagi Bapak-bapaknya yang mampu untuk menyediakan semua itu tidak menjadi masalah. Tapi bagaimana dengan saudara kami yg lebih 'sederhana' pak...??? Yang jangan kan untuk beli hp dan laptop, beli pulsa dan paketnya saja terkadang kami tak mampu. Apakah hal demikian Bapak juga pikirkan...?? Tidak semua masyarakat bisa digeneralisasi Stay at Home atau Work From Home. Ada ribuan jenis profesi yg harus dikerjakan di luar rumah & tidak mungkin dilakukan di dlm rumah. Bapak/ibu kami yang terhormat... kalau hanya sekedar memberi himbauan tampa ada solusi atas kondisi ini, itu sama saja Bapak menyuruh kami menghindar dari mulut Macan tapi menghadapkan kami pada Mulut Buaya. Kepentingan Bapak adalah bagaimana mata rantai virus Covid-19/Corona ini putus dan tidak berkembang. Tapi masalah ekonomi kami bagaimana??? Mungkin Bapak bisa bilang: silahkan yg bekerja ya bekerja, tapi tetap jaga kesehatan & ikuti himbauan pemerintah ! Alasan pertama... kami sebenarnya juga ingin menyelamatkan keluarga kami dari wabah ini. Bekerja keluar rumah juga penuh dengan resiko tertular wabah, karena itu sekali lagi... kami sebenarnya ingin TAAT. Tapi tolong bagaimana dengan isi perut kami? Alasan kedua.. jika kami terpaksa bekerja keluar rumah pun, sebagian kota sudah 'lumpuh' penduduknya. Lihatlah pasar-pasar sudah sepi, jualan makanan ramai sedikit dibubarkan, tempat usaha pada ditutup, GoJek juga 'anyep' krn aktivitas memang "sedang diistirahatkan". Saat ini kami dalam posisi maju kena, mundur kena. Di rumah tak ada pendapatan, maksa keluar rumah juga hasilnya tak seberapa.. pendapatan hanya 10-20% dari biasanya, tapi dengan resiko penyakit yg lbh besar dr hari² biasanya. Tolong ajari kami.. bagaimana kami harus mencari sesuap nasi pagi dan petang untuk keluarga kami, yang kalau tak keluar rumah tak makan .. seperti profesi Saudara-saudara kami yang kami sebutkan tadi? Kami ingin sekali bekerja di rumah seperti yang Bapak sarankan... tapi tolong tunjuki kami... para tukang ojek, penjual gorengan keliling, buruh bangunan dll bagaimana caranya mendapatkan penghasilan dari rumah agar kami dapat mematuhi himbauan Bapak itu.. tunjukin kami Paaak...!! Kami bukan artis atau konglomerat yg punya stok tabungan, kami bukan ASN yg digaji bulanan dengan tunjangan-tunjangannya, kami bukan pegawai kantoran yang ada di zona nyaman. Kami ini hanya PEJUANG RECEH yang rutinitasnya hanya: "hasil hari ini harus cukup untuk makan besok". Belum lagi saudara kami ada yg msh tinggal di kontrakan, untuk cebok dan mandi pun air harus beli. Jangan hanya sekedar memberi himbauan... Kami sudah kehabisan stok pangan dan tabungan selama 2 Minggu ini di masa wabah. Dan kini.. Bapak malah memperpanjang masa darurat Wabah sampai 31 Mei. Sungguh, bagai petir di siang bolong Pak !!! 2 Minggu saja kami sudah habis-habisan dan lihatlah, hampir semua usaha mikro sudah bertumbangan, karyawan dirumahkan, dan sebentar lagi rakyat bukan sakit karena Corona.. tetapi bisa 'marah' karena kelaparan. Ironisnya Bank, Leasing dan lembaga keuangan terlalu pintar memelintir arahan presiden Jokowi. Saat ini semua bank dan Lembaga keuangan lain tidak ada 1 pun yg memberi opsi penundaan cicilan. Di mana asas keadilan ini? Jika sektor riil terdampak, mengapa perbankan juga tidak mau ikut "tirakat" karena keadaan ini? Warung hanya 5-6 pembeli dibubarkan, tapi toko kimia malah antri berjubel dan dikawal polisi. Pabrik juga masih dibiarkan beroperasi. Begitu juga tempat ibadah kami terutamanya Mesjid, Bapak tutup atau batasi kami berjamaah atas dasar CORONA yang mewabah kami pun ikhlas. Tapi mall, pabrik dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya Bapak biarkan buka yang potensi penyebaran virusnya lebih besar dari tempat ibadah kami dan di datangi berbagai lapisan masyarakat dari berbagai wilayah. Pak.... kami tidak menuntut banyak... Kami ingin taat, tapi bagaimana dengan perut istri & anak kami? Kami juga waspada terhadap penyakit, tapi tolong kami beri solusi atas semua ini.... kalau hanya sekadar himbauan tampa solusi.... kami juga punya jalan sendiri.... toh ujung dari semua bencana dan wabah ini adalah mati... dan tampa itu pun kematian itu pasti, sekarang, esok atau nanti.........!!! Malaikat Izrail tak akan pernah salah dlm mengambil nyawa makhluk. Selain solusi pangan sehari-hari, sekali lagi kami mohon Bapak mencabut kembali status masa darurat sampai 31 Mei. Ini sangat membuat kami resah dan membuat sektor mikro berada dalam ketidakpastian. Saya secara pribadi siap dipanggil menghadap Bapak, berdiskusi bersama untuk mewakili saudara-saudara kami warga yg terkena dampak langsung akibat SaH ataupun WFH. Terakhir.. kami berdoa semoga Wabah Covid-19 biadab ini segera berlalu. Meskipun nanti untuk membangkitkan roda ekonomi bakal butuh waktu yang tidak sebentar, bahkan Pak Jokowi memberi gambaran pemulihan ekonomi ini akan berlangsung 1 tahun . SALAM BERKARYA UNTUK NEGERI ???????????? Dengan ini saya bertanggungjawab terhadap sebagian dan semua yg saya tulis di sini. Nama : Nur Wahyudi Panji NIK : 33.7410.180884.0001 No.HP: 081225130106

0 Orang Menandai Aduan Ini