Detail Aduan
Rincian Aduan : LGWA48460336
10 Jan 2020
Saran Mencegah Banjir, Banjir Bandang, Tanah Longsor di Propinsi Jawa Tengah Januari-Februari 2020 Pak Ganjar Pranowo Gubernur Propinsi Jawa Tengah, Saya turut prihatin atas Banjir yang menimpa beberapa daerah di Propinsi Jawa Tengah pada Januari 2020. Sebagai mantan warga Jawa Tengah, saya berusaha dan berkewajiban untuk bersama-sama mencarikan solusi atas musibah ini. Saya mepunyai saran dan usulan untuk Mencegah banjir, tanah longsor, banjir Bandang di Propinsi Jawa Tengah, usulan ini sudah pernah saya usulkan kepada milis alumni itb 77 pada tahun 2013 yang lalu, pada tanggal 1 Januari 2020 pada saat Jakarta mengalami musibah banjir yang sama dengan saat ini, yaitu tanggal 17 Januari 2013 dan berhasil Mencegah Banjir Jakarta pada tanggal tanggal 27 Januari 2013, serta banjir pada bulan Januari 2020. Usulan dan saran saya sebagai berikut : Melalui tulisan ini saya mencoba mengusulkan pemikiran dengan mengacu pada pengalaman yang pernah saya ikuti/ alami yaitu bagaimana mengurangi/ mencegah banjir, tanah longsor, banjir bandang akibat curah hujan yang berlebihan. Pada tahun 80-an pemerintah gencar-gencarnya membuat Progran Hujan Buatan yang dilakukan antara BPPT dengan PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia). Pada prinsipnya hujan buatan bisa digunakan untuk mempercepat terjadinya hujan atau mengendalikan dan memenage curah hujan. Usulan saya adalah memenage curah hujan yang berlebihan yang akan tiba didaerah Propinsi Jawa Tengah dan sekitarnya, yang berdampak akan meresap dan mengalir, menggenangi menjadi Banjir, Tanah Longsor dan Banjir Bandang. Dengan mencegat awan dan memenage agar awan yang akan tiba didaerah Propinsi Jawa Tengah menjadi terkendali jumlahnya. Yaitu dengan Program Hujan Buatan / Modifikasi Cuaca. Dengan mencegat awan diatas Laut Jawa, Samudera Indonesia dan dijatuhkan di laut, sehingga curah hujan yang sampai ke daratan dapat dikendalikan, sehingga hujan yang turun didaratan dapat diatur dan dikendalikan sehingga tidak berlebihan yang akan menyebabkan banjir, tanah longsor dan banjir bandang. Semoga dengan usulan dan saran ini mudah-mudahan BPPT, PT Dirgantara Indonesia, BMKG, TNI AU, BNPB dapat membuka kembali Progran Hujan Buatan/ Modifikasi Cuaca tersebut yang telah berhasil dilaksanakan pada tahun 2013 dan Januari 2020. Sebagai gambaran, pada waktu itu pesawat yg digunakan adalah CASA NC-212, CN 295 buatan PT Dirgantara Indonesia milik BPPT dan TNI AU. Semoga dengan usulan dan saran Pemikiran ini dapat membantu memberikan Solusi terhadap dampak Banjir, Tanah Longsor, Banjir Bandang yang tidak kita harapkan terulang kembali. Kliping berita Banjir Jakarta Januari tahun 2013 terlampir. Salam Herry Saptanto - Pensiunan karyawan PT Dirgantara Indonesia/ PT IPTN - Mantan Vice President Corporate Secretary PT Nusantara Turbin dan Propulsi - Mantan Vice President Corporate Secretary PT Merpati Nusantara Airlines Kliping Berita Banjir Jakarta Januari 2013. Ini Usulan Atasi Banjir dari Merpati Penulis : Didik Purwanto | Senin, 21 Januari 2013 | 12:34 WIB http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/21/12340971/Ini.Usulan.Atasi.Banjir.dari.Merpati?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign= JAKARTA, KOMPAS.com - Banjir menggenangi wilayah Jakarta sejak Kamis (17/1/2013). Beberapa titik hingga saat ini masih belum surut. Ini diperlukan upaya serius untuk segera menanganinya. Vice President Corporate Secretary and Legal PT Merpati Nusantara Airline Herry Saptanto mengusulkan beberapa cara untuk mengatasi banjir di Jakarta. Pada tahun 80-an, pemerintah dengan gencar-gencarnya membuat progran hujan buatan yang dilakukan antara Badan Pengkajian dan Penerapatan Teknologi (BPPT) dengan PT Dirgantara Indonesia. Pada prinsipnya, hujan buatan bisa digunakan untuk mempercepat terjadinya hujan atau mengalihkan (memanage hujan). "Usulan saya adalah memenage curah hujan yang berlebihan yang akan tiba di daerah Bogor dan sekitarnya,(yang dampaknya akan mengalir ke Jakarta, dan menjadi banjir)," kata Herry kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (21/1/2013). Menurut Herry, dengan mencegat awan dan memanage agar awan yang tiba di Bogor terkendali jumlahnya yaitu dengan program hujan buatan. "Caranya dengan mencegat awan di atas Laut Jawa dan dijatuhkan di laut. Sehingga curah hujan yang sampai ke daratan dapat dikendalikan, sehingga hujan yang turun di daratan dapat diatur," tambahnya. Sebagai gambaran, pada waktu itu pesawat yang digunakan untuk program hujan buatan adalah Casa NC 212 yang sudah dimodifikasi. "Semoga dengan usulan pemikiran ini dapat membantu memberikan solusi terhadap dampak banjir yang tidak kita harapkan," tambahnya. Editor : Erlangga Djumena Jokowi: Kerugian Banjir Capai Rp 20 Triliun Penulis : Kurnia Sari Aziza | Selasa, 22 Januari 2013 | 17:27 WIB http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/22/17271981/Jokowi.Kerugian.Banjir.Capai.Rp.20.Triliun?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign= JAKARTA, KOMPAS.com — Banjir yang menerjang Ibu Kota ternyata menimbulkan kerugian yang sangat besar untuk Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, kerugian akibat banjir yang melanda Ibu Kota kali ini diperkirakan Rp 20 triliun. "Kerugian akibat banjir tidak sedikit. Kalau dihitung-hitung, total kerugian banjir pada tahun ini kira-kira mencapai Rp 20 triliun," kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Selasa, (22/1/2013). Oleh karena itu, Jokowi menyarankan agar anggaran yang digunakan untuk membayar kerugian akibat bencana banjir lebih baik dialokasikan untuk pembangunan terowongan multifungsi atau deep tunnel. "Deep tunnel ini merupakan solusi banjir jangka panjang. Jadi, daripada terus mengeluarkan uang untuk membayar kerugian, lebih baik kita membangun deep tunnel," ujar Jokowi. Menurut Jokowi, pembangunan deep tunnel penting untuk dilaksanakan karena dianggap sebagai suatu skenario paling ampuh untuk mengantisipasi banjir di Ibu Kota. "Kita memang harus punya skenario untuk menghadapi banjir. Melalui deep tunnel, ketika air telah mencapai bibir tanggul dan bahkan sampai jebol, kita sudah tahu ke mana air tersebut harus dialirkan," katanya. Pembangunan deep tunnel membutuhkan biaya sekitar Rp 16 triliun, sedangkan total kerugian banjir mencapai Rp 20 triliun. Menurutnya, lebih baik membangun deep tunnel daripada membayar kerugian. "Kalau memang pembangunan deep tunnel ini dirasa berat dari sisi anggaran, kita bisa ajak juga pihak swasta untuk ikut masuk ke proyek ini. Kita ajak mereka untuk ikut berinvestasi dalam deep tunnel," kata Jokowi. Secara terpisah, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Ferrial Sofyan meminta agar DKI segera membuat Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk mengimplementasikan visi dan misi yang telah disampaikan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. "Silakan disisipkan dalam RPJMD. Dengan penggunaan RPJMD itu, sah-lah kita untuk melakukan kegiatan seperti yang gubernur minta, seperti deep tunnel yang belum tercantum dalam RPJMD 2012-2017. Kita sarankan, RPJMD segera dibereskan sehingga anggaran 2013 bisa mengacu pada itu," kata Ferrial. Editor :Farid Assifa Atasi Banjir, Jokowi Gandeng BPPT untuk Rekayasa Hujan Penulis : Kurnia Sari Aziza | Selasa, 22 Januari 2013 | 20:39 WIB http://sains.kompas.com/read/2013/01/22/20394755/Atasi.Banjir.Jokowi.Gandeng.BPPT.untuk.Rekayasa.Hujan JAKARTA, KOMPAS.com - Menghadapi perkiraan puncak air pasang laut pada 24-26 Januari mendatang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melakukan rekayasa hujan. Rekayasa tersebut dilakukan agar hujan tidak turun saat yang bersamaan dengan terjadinya rob. "Yang bisa kami lakukan bersurat ke BPPT agar hujan didorong tidak di tanggal itu. Karena dikhawatirkan hujan bersamaan dengan air pasang. Hal itulah yang dihindari," kata Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, di Balaikota Jakarta, Selasa (22/1/2013). Pihak Pemprov DKI juga akan segera melakukan rapat koordinasi untuk mencari antisipasi lainnya. Jokowi mengaku, tidak akan hanya mempersiapkan satu skenario melainkan beberapa skenario untuk mengatasi banjir rob tersebut. "Kalau dari sisi penanggulangan bencana, kita akan adakan briefing lagi untuk betul-betul siap menghadapi banjir. Ada skenario satu hingga tiga. Akan kita pakai juga skenario untuk menghadapi situasi diluar perhitungan kita, seperti jebolnya tanggul Laturharhary yang memang diluar ekspektasi dan skenario kita," jelasnya. Sebanyak enam pompa mobile milik Dinas Pekerjaan Umum DKI yang juga telah disiapkan dan Pemprov DKI juga meminta Kementerian Pekerjaan Umum yang telah menyiagakan enam pompa mobile. Menurut Jokowi, kekuatan 10 pompa air tersebut tidak cukup untuk membuang atau menyedot air. "Makanya ketika ketemu dengan Presiden, kita minta supaya pembangunan pompa yang di Marina, Pluit serta tengah barat dan timur dipercepat. Kalau kita mau beli bisa saja beli. Tapi kan perlu pondasi, perlu infrastruktur dan akan memakan waktu sampai 4 bulan," kata Jokowi. Ia juga menilai, untuk memperkuat bendungan agar tidak jebol, diperlukan waktu yang tidak singkat. Sehingga Jokowi memilih untuk melakukan rekayasa hujan melalui bantuan BPPT. "Memperkuat tanggul dalam satu dua hari ini memang tidak memungkinkan. Jadi kita pilih rekayasa cuaca untuk menghadapi bencana," katanya. Seperti diketahui, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa pada 24-26 Januari mendatang akan menjadi puncak air pasang yakni mencapai 1 meter. Padahal saat ini kawasan Pluit, Jakarta Selatan masih terendam banjir, karena diterjang rob dan limpahan air dari Waduk Pluit. Editor : Inggried Dwi Wedhaswary Rekayasa Cuaca Cegah Hujan Deras di Jakarta Rabu, 23 Januari 2013 | 10:44 WIB http://sains.kompas.com/read/2013/01/23/10445130/Rekayasa.Cuaca.Cegah.Hujan.Deras.di.Jakarta?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign= JAKARTA, KOMPAS.com - Pencegahan dan pengendalian banjir di Jakarta tidak bisa hanya dilakukan di dalam Jakarta saja karena pusat masalah juga berada di luar Jakarta. Untuk pencegahan jangka pendek, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo minta dilakukan rekayasa cuaca agar hujan lebih banyak turun di laut. Pencegahan banjir, menurut mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Selasa (22/1/2013), di Batam, harus dimulai dari hulu, seperti Bogor, dan area tangkapan air di hulu harus diperbaiki. Sementara di Jakarta, harus dicari cara untuk memperlancar aliran air di sungai dan saluran air. Saat ini, arus di sungai dan saluran sangat pelan sehingga tidak bisa menahan arus balik saat pasang laut. Apalagi, hilir beberapa sungai lebih rendah daripada permukaan laut. Akibatnya, air akan menggenangi wilayah Jakarta saat pasang naik dan ada tambahan volume air dari Bogor. Ide pembuatan kanal multifungsi harus dikaji secara menyeluruh. Hal yang harus dijawab adalah di mana dan bagaimana air dari terowongan akan dibuang. ”Terowongan jauh di bawah tanah. Butuh pompa besar untuk menaikkan airnya ke saluran yang lebih tinggi, sementara pasokan listrik saat ini tidak terjamin,” ujar Rachmat. Harus dipertimbangkan pula cara perawatan agar terowongan tidak buntu oleh sampah. Sejumlah saluran air di Jakarta buntu akibat tumpukan sampah. Selain itu, harus dilihat kapasitas Kanal Timur dan Kanal Barat. ”Tambahan air dari Kanal Timur ke Kanal Barat akan memperbesar aliran di Kanal Barat. Tanggul di Kanal Barat harus diperkuat,” tuturnya. Restu Gunawan, sejarawan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang juga pemerhati banjir Jakarta dulu hingga kini, mengingatkan agar dalam penanganan banjir Jakarta tak sekadar berupaya mengalirkan air secepatnya ke laut. Kanal-kanal yang dibangun pada masa Belanda sudah terbukti tak sepenuhnya bisa membebaskan Jakarta dari banjir. Peneliti pada Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Firdaus Ali, mengatakan, dalam mengelola air, khususnya di Jakarta, kondisi alamnya harus dipahami. Menurut dia, Jakarta berada di cekungan, sebagian daerahnya lebih rendah dari laut. Ada intrusi air laut, juga ada penurunan muka tanah yang mencapai 10 sentimeter per tahun. Di beberapa kawasan ada yang sampai 28 sentimeter per tahun. ”Mengatasi banjir, payung besarnya adalah mengelola air. Untuk itu, perlu teknologi ramah lingkungan yang penerapannya justru akan meresapkan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah. Tidak hanya untuk mengurangi banjir, tetapi juga menimbun pasokan air bersih,” kata Firdaus. Selain pendekatan proyek fisik dalam penanggulangan banjir Jakarta, pemerintah diharapkan juga segera mulai menyiagakan jajarannya dan masyarakat dalam menghadapi banjir. Hal itu dibenarkan Sekretaris Jenderal Global Rescue Network Amelia Yunita. Menurut dia, sistem peringatan dini harus diperkuat. Selama ini sudah ada data tempat-tempat banjir di Jakarta. Untuk itu, paling tidak di lokasi- lokasi tersebut sistem peringatan dini dipastikan berjalan efektif. Rekayasa cuaca Dalam jangka pendek, terutama menghadapi pasang air laut yang diprediksi puncaknya pada 24 Januari, Jokowi telah meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi merekayasa cuaca. ”Kami minta agar hujan didorong ke arah laut supaya tidak turun deras di Jakarta pada hari itu. Bendungan raksasa tidak bisa dibuat dalam satu atau dua hari sehingga rekayasa semacam itu yang kami pilih,” ujar Jokowi. Dari sisi penanggulangan bencana, Jokowi telah memerintahkan jajarannya untuk mempersiapkan berbagai skenario mengantisipasi bertemunya pasang air laut dan hujan deras. Di masa mendatang, agar banjir bisa diatasi di kawasan itu, Jokowi mendesak pemerintah pusat segera membuat rumah pompa di Pluit Barat, Pluit Tengah, Pluit Timur, Ancol, dan Marina. Pompa memang bisa dibeli secepatnya, tetapi infrastruktur pendukungnya tidak bisa disiapkan dalam satu-dua hari. Terkait pembangunan tembok laut raksasa untuk menghadang rob, Jokowi telah meminta pemerintah pusat segera mempercepat proses pembangunannya. Megaproyek itu memerlukan dana hingga ratusan triliun rupiah dan waktu pembangunan hingga lebih dari 10 tahun. Dalam pertemuan antara gubernur dan jajaran pimpinan DPRD DKI Jakarta, Selasa di Balai Agung, Jokowi mengatakan, fokus Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah penanganan banjir. ”Saya minta agar semua usulan yang berkaitan dengan banjir dipercepat pelaksanaannya. Untuk urusan pusat, saya juga minta dipercepat agar bisa mempercepat proses mengurangi titik-titik banjir di Jakarta,” katanya. Kepala Bidang Pelaksana Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Bastari mengatakan, sodetan Kali Ciliwung ke Kanal Timur siap dibuat tahun ini. (NEL/RAZ/FRO/NDY/PIN/ART) Sumber : Kompas Cetak Editor : yunan Jangan Cemas Jakarta Banjir Lagi, karena... Senin, 04 Februari 2013, 05:03 WIB http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/02/03/mhn01d-jangan-cemas-jakarta-banjir-lagi-karena REPUBLIKA.CO.ID, Modifikasi cuaca yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta cukup berhasil menurunkan intensitas hujan di ibu kota. Bahkan, curah hujan yang jatuh di wilayah Jakarta dan sekitarnya berkurang secara signifikan, sehingga tidak sampai menimbulkan banjir seperti beberapa waktu lalu. "Hingga hari kedelapan pelaksanaan modifikasi cuaca yang dilakukan BNPB dan BPPT untuk mengantisipasi banjir Jakarta berhasil. Curah hujan yang jatuh di Jakarta dan sekitarnya berkurang signifikan," ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Menurut Sutopo, ada 2 faktor yang menyebabkan hujan berkurang. Pertama adalah pengaruh modifikasi cuaca, yang mampu menjatuhkan awan-awan menjadi hujan sebelum masuk Jakarta. Klaster awan-awan dengan NaCl ke dalam awan sehingga awan jatuh. "Sudah dilakukan 14 sorti penerbangan dengan pesawat Hercules C-130 yang sekali terbang membawa 4 ton bahan semai dan 1 kali dengan Casa 212-200 membawa 800 kilogram bahan semai. Pembakaran flare untuk menghambat pertumbuhan awan dilakukan di 25 lokasi," terangnya. Untuk yang kedua adalah kondisi cuaca regional yang kurang mendukung terjadinya hujan ekstrem di sekitar Jakarta. "Tidak adanya siklon tropis di selatan Indonesia, dan tidak adanya pengaruh seruak dingin (cold surge) dari Siberia Selatan yang masuk ke wilayah Indonesia berpengaruh tidak adanya hujan ekstrem di sekitar Jakarta. Kombinasi antara upaya manusia dan alam inilah yang menyebabkan Jakarta aman dari banjir besar hingga saat ini," paparnya. Sedangkan untuk hari ini, lanjut Sutopo, klaster awan sudah terbentuk sejak pagi di barat laut menuju wilayah Jabodetabek. Sorti pertama dengan Hercules membawa 4 ton NaCl terbang pukul 09.39-11.33 WIB mencegat awan-awan di sekitar Teluk Jakarta hingga sebelah barat Lampung. "Dari Pantauan radar menunjukkan awan target jatuh menjadi hujan," ucapnya. Sementara, sorti kedua diberangkatkan pada 14.25-15.40 WIB dengan Hercules membawa 4 ton NaCl menyemai di atas Pandeglang, Serang, Cilegon dan utara Merak. "Sorti ketiga dengan Casa membawa 800 kilogram menyemai sekitar Pandeglang pada ketinggian 15 ribu kaki. Di bawah dioperasikan ground based generator (GBG) dengan membakar 36 flare di 13 lokasi dan GBG sistem larutan diaktifkan di 3 lokasi selama 5 jam. Hasilnya hujan berkurang di Jabodetabek," katanya. Redaktur : Endah Hapsari Sumber : beritajakarta.com
Disposisi
Jumat, 10 Januari 2020 - 07:23 WIB
Admin Gubernuran
Verifikasi
Senin, 13 Januari 2020 - 08:11 WIB
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Selesai
Senin, 13 Januari 2020 - 08:12 WIB
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH